Selasa, 29 Juni 2010

Styrofoam, multiguna tapi multibahaya


Tahukah anda tentang bahan polimer plastik yang sering kita gunakan sehari-hari? Penggunaan polystyrene atau lebih dikenal dengan Styrofoam, saat ini begitu begitu marak dalam perkembangan industri makanan di Indonesia. Tidak saja karena penggunaannya yang relatif praktis, ringan, dan tahan bocor, melainkan juga karena kemampuannya dalam menjaga suhu makanan dengan baik. Namun dibalik semua itu, tahukah anda bahaya apa yang akan mengintai kita selaku pengguna styrofoam ?
Selain berbahaya bagi kesehatan tubuh, styrofoam merupakan salah satu bahan yang dikenal “tidak ramah lingkungan”. Bagi kesehatan manusia, penggunaan styrofoam, sebagai pengemas bahan makanan dan minuman, mengandung bahan carsinogen yang memicu penyakit kanker. Hal ini disebabkan adanya kandungan benzen dalam styrofoam. Ketika kita memakan makanan atau minuman yang dikemas dalam styrofoam, maka zat benzen yang terdapat dalam styrofoam akan bereaksi, masuk ke dalam sel-sel darah dan dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan rusaknya sum-sum tulang belakang, menimbulkan penyakit anemia, bahkan mengurangi produksi sel darah merah. Tentunya, beberapa hal tersebut tidak begitu saja terjadi, melainkan akan terakumulasi, menunggu dalam jangka waktu tertentu, dan kemudian “naik ke permukaan”.
Tidak jauh berbeda dengan bahaya yang berdampak pada tubuh manusia, penggunaan syrofoam pun memiliki dampak berarti bagi pelestarian lingkungan hidup. Penumpukan yang terjadi akibat pengunaan styrofoam yang berlebih, tidak hanya dapat mencemari lingkungan, bila terbawa ke laut, styrofoam pun dapat merusak ekosistem dan biota laut. Selain itu, styrofoam sangat sulit terurai secara alamiah karena perlu waktu yang sangat lama, hampir seribu tahun lamanya. Karena dampaknya yang membahayakan kesehatan dan lingkungan itulah, maka di beberapa kota di dunia telah mengeluarkan aturan yang melarang penggunaan Styrofoam sebagai kemasan makanan.
Berdasarkan hal tersebut, maka sangat penting bagi kita selaku umat manusia, untuk turut menjaga kelestarian lingkungan, selain tentunya menjaga kesehatan tubuh. Untuk itu “mari kita stop penggunaan styrofoam saat ini juga dan dengan menggunakan bahan-bahan pengemas makanan yang lebih ramah lingkungan (menggunakan kertas, dll) !”
Bahaya Styrofoam Untuk wadah makanan
Styrofoam ( wadah makanan bahannya seperti gabus ) memang dikenal praktis, ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik. Inilah yang membuat bahan ini amat disukai dan banyak dipakai, termasuk dalam industri makanan ringan.
Namun bahaya yang tidak disadari dari penggunaan stryofoam ini adalah ketika digunakan sebagai wadah makanan panas atau makanan yang banyak mengandung asam, hal ini disebabkan karena benzen yang menjadi salah satu bahan pembuat stryofoam akan meleleh dan bereaksi secara kimia bila terkena panas atau asam. Selanjutnya lelehan tersebut akan berpindah ke makanan yang diletakkan didalamnya, dan meracuninya.
Mungkin banyak orang yang belum mengetahui bahwa benzen adalah salah satu bahan karsinogenik ( bahan yang dapat memicu terbentuknya sel kanker ). Bahan ini juga dapat menganggu sistem kerja hormon tubuh karena zat tersebut tidak bias didaur ulang dan akan meleleh dalam suhu panas.
Bila makanan yang sudah terkontaminasi benzen dikonsumsi, maka gejala keracunan tidak akan langsung terlihat. Tapi jika diakumulasi, faktor beracun tersebut akan terkumpul dan menjadi karsinogenik yang membahayakan tubuh. Dan kemungkinan paling parah adaah kita dapat terkena kanker.
Bahaya STYROFOAM
STOP PEMAKAIAN STYROFOAM
Beberapa tahun lalu, Mc Donalds mengumumkan akan mengganti wadah styrofoam dengan kertas. Para ahli lingkungan menyebutkan keputusan itu sebagai ''kemenangan lingkungan'' karena styrofoam sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
Namun bukan berati styrofoam (polystyrene) jadi berkurang dan hilang. Malahan di Indonesia, penggunaan styrofoam sebagai wadah makanan makin menjamur. Sangat mudah menemukannya dimana-mana. Mulai dari restoran cepat sampai ketukang-tukang makanan di pinggir jalan, menggunakan bahan ini untuk membungkus makanan mereka.
Alasannya, ingin praktis dan tampil lebih baik. Padahal di balik kemasan yang terlihat bersih itu ada bahaya besar yang mengancam.
Dalam industri, styrofoam sering digunakan sebagai bahan insulasi. Bahan ini memang bisa menahan suhu, sehingga benda didalamnya tetap dingin atau hangat. Karena bisa menahan suhu itulah, akhirnya banyak yang menggunakannya sebagai gelas minuman dan wadah makanan.

Berbahaya Bagi Kesehatan
Mengapa styrofoam berbahaya? Styrofoam jadi berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diprosese dengan menggunakan benzana. Padahal benzana termasuk zat yang bisa menimbulkan banyak penyakit.
Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah. Dibeberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang.
Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia.
Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.
Beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization' s International Agency for Research on Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) styrofoam telah dikategorikan sebagai bahan carsinogen(bahan penyebab kanker)
Makin Berlemak Makin Cepat
Saat makanan atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi.
Selain itu, makanan yang mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju perpindahan.
Penelitian juga membuktikan, bahwa semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.
Padahal di restoran-restoran siap saji dan di tukang-tukang makanan di pinggir jalan, styrofoam digunakan untuk membungkus makanan yang baru masak. Malahan ada gerai makanan cepat saji yang memanaskan lagi makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam microwave.
Terbayang, kan, betapa banyaknya zat kimia yang pindah ke makanan kita dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita.
Buruk Bagi Lingkungan
Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut.
Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman.
Proses pembuatan styrofoam juga bisa mencemari lingkungan. Data EPA (Enviromental Protection Agency) di tahun 1986 menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia.
Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap-yang mengganggu pernapasan-dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.
Melihat sedemikian besar dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan, beberapa kota di Amerika seperti Berkeley dan Ohio telah melarang penggunaan styrofoam sebagai kemasan makanan.
Bagaimana dengan kita di Indonesia, masih tetap mau memakai styrofoam?? Bagaimana dengan anda dan Keluarga anda? akankah berlaku bijak dengan tidak menggunakan styrofoam.

Bahaya Stroke


Stroke perdarahan otak lebih fatal akibatnya dibanding stroke bukan perdarahan otak. Lebih sering menyerang pria daripada wanita. Mungkin langsung sudah tidak dapat tertolong kendati tindakan medis segera dikerjakan. Adakah penduga kuat, siapa dan kapan stroke perdarahan menimpa seseorang? Kita bicarakan di sini.

Kita mengenal ada dua jenis stroke. Stroke sebab sumbatan pembuluh darah otak atau stroke iskemik, dan stroke yang terjadi sebab pecahnya pembuluh darah di dalam otak. Dua-duanya merusak sel dan bangunan di dalam otak.

Tergantung pada cabang pembuluh darah otak pemasok makanan ke bagian otak mana yang mengalami penyumbatan, kita mengenal gejala dan tanda stroke lebih sepuluh ragamnya. Stroke bukan hanya tampil dengan gejala kelumpuhan belaka seperti dikira banyak orang.

Analog dengan peta bumi demikian kondisi pemetaan fungsi otak kita. Wilayah otak provinsi tentu lebih vital dibanding wilayah otak yang setingkat kabupaten atua kecamatan. Tak lebih vital tentu wilayah desa.

Penyumbatan pembuluh darah otak yang terjadi di wilayah provinsi akan lebih nyata dan berat gejala, serta kecacatan yang disisakannya. Gangguan aliran darah yang terjadi di wilayah kecamatan atau desa, mungkin belum memperlihatkan gejala stroke apa pun (silent stroke). Stroke begini baru ketahuan kalau dilakukan CT-Scan.

Ada kelemahan dan kerentanan tersendiri untuk pembuluh-pembuluh darah otak tertentu dan percabangannya untuk beresiko tersumbat, atau disumbat baik oleh bekuan darah kiriman (dari jantung atau pembuluh darah besar di batang leher), maupun oleh penyempitan pipa pembuluh darah otak sendiri akibat menebalnya "karat" lemak (ateroklerosis). Di wilayah pembuluh darah yang seperti itu sumbatan pembuluh sering terjadi. Gejala stroke iskemik yang muncul ditentukan oleh bagian mana fungsi otak yang terganggu sesuai dengan wilayah kerusakannya.

Begitu juga kerentanan pembuluh-pembuluh darah otak bagian tertentu di dalam otak yang mudah menjadi rapuh, dan kemudian rentan pecah. Pada bagian otak yang dipasok pembuluh darah itulah yang sering mengalami perdarahan.

Kita mengenal ada empat wilayah otak yang pembuluh darahnya sering pecah, sehingga menimbulkan stroke perdarahan. Keempat wilayah itu adalah pembuluh darah di bagian otak putamen, thalamik, pontin dan otak kecil.

Karakteristik pembuluh darah yang rentan pecah itu khas. Biasanya pada bagian pembuluh darah yang menyabang (bifurcatio) yang kerap terjadi perdarahan. Mungkin karena di situ arus darah itu yang berpotensi merusak dinding bagian dalam pembuluh darahnya. Keadaan demikian lazim terjadi pada orang yang pembuluh darahnya sudah dibombardir oleh tekanan darah yang meninggi untuk waktu yang lama.

Pada pengidap darah tinggi yang menahun, pipa pembuluh darah seluruh tubuhnya sudah menjadi abnormal. Termasuk pembuluh darah di otaknya. Lapisan yang membentuk pipa pembuluh darahnya sudah berubah akibat memikul beban tekanan darah yang terus tinggi selama bertahun-tahun. Selain lapisannya rapuh, otot dinding pembuluhnya kaku, mungkin terbentuk pula lapisan abnormal "karat" lemak bila kadar lemak dalam darah juga dibiarkan tinggi (hiperlipidemia).

Tekanan darah yang terus meninggi, merapuhnya dinding pipa pembuluh darah otak, awal dari bencana pecahnya pembuluh darah otak. Kondisi ini diperburuk oleh hadirnya penyakit kencing manis, yang selain memperburuk kadar lemak darah, diabetes ikut menambah rapuh dinding pembuluh darah juga.

Stroke perdarahan otak bisa terjadi sewaktu-waktu, dan kapan saja. Paling sering bila dalam kondisi tegang, stres, atau emosi meluap-luap. Kita sering menyaksikan serangan stroke jenis yang ini terjadi saat orang berada di mimbar, selagi rapat, dan okasi-okasi yang menegangkan lainnya. Pada kondisi tersebut, tekanan darah umumnya melonjak secara mendadak.

Tekanan darah yang melonjak dadakan akan menimbulkan beban tambahan pada dinding pembuluh darah otak. Memikul bebas deras dan kerasnya aliran darah di dalam pembuluh darah otak, tidak selalu dapat ditahan oleh pembuluh darah yang sejak awal sudah rentan dan rapuh. Ibarat ban dalam mobil yang sudah aus dan tipis, sekadar sontekan terinjak batu saja pun ban akan pecah juga.

Seperti itu yang terjadi pada stroke perdarahan otak. Dinding pembuluh darah otak, biasanya pada bagian otak tertentu, mendadak retak, koyak, dan akhirnya pecah. Darah merembas memasuki jaringan otak di sekitarnya, lalu membeku membentuk bekuan yang membola.

Semakin besar pipa pembuluh darah otak yang pecah, dan semakin besar koyakan dinding pembuluh darahnya, semakin besar ukuran bekuan darah yang terbentuk. Bekuan di bawah volume 30 cc tergolong kecil, dan lebih besar dari 60 cc tergolong besar.

Selain dari besarnya ukuran bekuan darah yang terbentuk. pragnosis pasien stroke perdarahan juga ditentukan oleh lokasi pecahnya pembuluh darah. Bila terjadi di wilayah otak yang lebih vital, tentu lebih buruk pragnosisnya. Namun, perdarahan otak yang cenderung terjadi ada empat wilayah seperti sudah disebut di atas, semuanya bersifat fatal.

Itu maka, hampir sebagian besar kasus perdarahan otak, dalam hitungan waktu paling lama dua kali 24 jam, biasanya sudah tak mungkin bisa tertolong. Hanya perdarahan di wilayah otak kecil (cerebellum) yang masih ada kemungkinan untuk tertolong, sekalipun dengan menyisakan sejumlah kecacatan.

Besar kecilnya bekuan darah yang terbentuk, ditentukan pula oleh lekas tidaknya upaya menurunkan tekanan darah dilakukan. Selama tekanan darah terus tinggi, darah yang semburat memasuki jaringan otak semakin banyak. Pertolongan pertama harus mengendurkan tekanan darah, selain memberi obat penghenti perdarahan.

Pilihan membedah kepala harus diputuskan bila bekukan darah tergolong besar dan kondisi pasien masih ada harapan untuk hidup. Untuk itu perlu dinilai status kesadarannya. Bila kesadaran pasien secara progresif terus memburuk menuju koma, keputusan pembedahan untuk mengangkat bekuan darah perlu dipertimbangkan ulang karena mungkin akan sia-sia saja.

Perdarahan otak mungkin berlangsung terus, dari menit ke jam. Ini ditunjukkan oleh kesaran pasien yang terus memburuk, dan rentetan hasil pemeriksaan CT-Scan yang dilakukan berulang akan memperlihatkan rangkaian bekuan darah semakin jam terus bertambah besar seperti bola salju.

Perdarahan otak baru terhenti dengan sendirinya bila sudah terbentuk keseimbangan antara tekanan dalam bekuan darah dan tekanan jaringan otak di sekitarnya.

Gejala utamanya lumpuh dan koma
Gejala stroke perdarahan otak dapat dikenali dengan melihat dua gejala utamanya, yakni kelumpuhan yang disertai dengan gejala penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran yang paling dalam muncul sebagai bentuk koma. Pada status ini pasien tidak memberikan respon untuk stimulasi apa pun pada tubuhnya.

Stroke bukan perdarahan atau stroke iskemik umumnya tidak disertai dengan gangguan penurunan kesadaran. Apa pun gejala strokenya, pasien umumnya tetap sadar. Serangan stroke bisa terhadi selagi bergiat, bisa juga sewaktu tidur atau beristirahat.

Sumbatan pada stroke iskemik bisa pada pembuluh darahnya sendiri, bisa juga berasal darai kiriman. Sumbatan kiriman atau emboli terjadi pada saat sedang tidak melakukan aktivitas fisik.

Sumbatan kiriman biasanya berasal dari jantung. Mereka yang mengidap gangguan jantung perlu waspada karena sama beresiko terserang stroke iskemik juga jika ada bekuan darah atau lemak yang terlepas dari jantung atau pembuluh darahnya.

Gejala kelumpuhan tidak harus selalu terjadi. Tergantung di daerah otak bagian mana kerusakan jaringan otak terjadi, gejala stroke mungkin tidak selalu kelumpuhan motorik. Bila perdarahan menimpa otak kecil, gejalanya mungkin lebih pada gangguan berbicara, gerakan bolamata, vertigo tujuh keliling, nyeri kepala hebat, dan muntah-muntah. Mungkin juga tidak sampai pingsan, dan sebagian besar umumnya masih bisa diselamatkan.